Dan di suatu pagi yang tenang,
Kau mengucup bibirku dengan hangatnya,
Membuat aku turut beralun,
Bersama timbunan awan yang memutih.
Asmara kita terlalu menggunung,
Menambah igauan dalam mimpiku,
Hanya dikau saja,
Yang ingin ku dakap.
Setelah berkurun lama,
Tampaknya semua semakin sirna,
Kucupanmu terasa seperti melepaskan batuk di tangga,
Dan semua senyuman sedingin salju.
Terlalu banyak peristiwa membunuh,
Menjadikan kasih sayang itu menghiris,
Membuang rakaman manis,
Hanya kepiluan menerjah.
Tidak mengapa jika bukan aku yang kau cinta lagi,
Aku akan mengikuti jejak-jejak dulu,
Yang aku tinggalkan tika bersama kau,
Menghitung khilaf diri.
Aku dahulu,
Yang polos dan naïf,
Menganggap hanya kau saja yang mampu menggugah cinta lama,
Telah kau tukar menjadi gadis jalang,
Akhirnya kau campak di lorong hina yang kau sendiri jijik untuk melihatnya.
Akan tiba,
Suatu masa,
Kau yang tercampak,
Dan kembali duduk di sini bersama aku,
Ku harap saat itu,
Aku sudah melangkah,
Ke sisi cahaya lorong itu.
No comments:
Post a Comment