Showing posts with label Teknari. Show all posts
Showing posts with label Teknari. Show all posts

2015-10-05

How we are supposed to be happy



I hugged the winter in you
It shattered away
following my guts


You will never believe
How we slayed each other
during the summertime

I want you to be happy
But my heart ache every time you smile

so tell me

How we are supposed to be happy?



2014-11-08

Maybe after all the love and joy, we gonna disappear


Ku rahsiakan segala asalkan kau bahagia sebenarnya.

                                                                                   - Siapa Diriku, Amylea feat Nadia Aqilah-


2014-09-29

All I ever asked during our lullaby night


He got me all bruised
All over my body
ache and exhausted

I asked him to do that

during pleasure and skinny heart
he was too fragile
he gave me everything

I intended him to hurt me

i did
i took the risk
he was reluctant
but he obeyed 

all i ever wanted

were rough and thick
and as a gentleman
you gave me every single desire

That Arctic Monkey song

replayed
and you were
all I ever loved with all my lung. 



2014-09-26

A path to be less virgin



Malam yang seriau manja. Aku gigih menuju ke kondominium tempatnya beradu. Angin memukul aku hingga kedinginan. Aku tidak betah duduk berdiam diri. Perutku menjadi memulas dan tekakku loya.

Aku lihat dia jalan berlenggang. Punggungnya memanggil - manggil aku. Bukan tujuan sebenar merenung punggungnya, cuma sekadar hiburan. Aku yakin aku sudah bersedia. Aku keluar dari kereta. Berlari menujunya. Dia pantas menoleh kebelakang dengan riak wajah kaget. Lekas - lekas aku menangkap tubuhnya dan menarik tangannya. Dia jadi bingung. Dia cuba menahan namun aku lekas - lekas meniup wajahnya dengan kata - kata mantera. Biar dia akur menurut. 


Dia duduk diam di sebelah aku. Matanya memandang ke luar. Dia tahu jalan ini. Aku tahu dia separa rela kerana sepanjang perjalanan tidak sekali pun dia terjerit - jerit menyuruh aku berhenti. Aku tahu dia marah. Rasa tertipu. Namun aku gembira. 

Matanya memandang aku serius. Dia tahu ini akan terjadi. Dia yakin dan dia membenarkan. Kerana hatiku dan hatinya sama - sama rindu. Kami tidak tidur langsung. Aku melihat setiap lekuk dan tanda di tubuhnya. Setiap kerutan di dahi, kulitnya yang mula kering di leher dan wajahnya yang sudah melebar. Dia mengusap bibirku dan membelai pipiku. Aku tahu kami tidak memerlukan kata - kata. 

Dia memandu keretaku keesokkannya. Satu malam di dalam bilik serba putih di daerah terpencil tidak membuat kami menyatukan apa yang perlu. Cukup sekadar mengingati memori. Aku menyalami dia dan mencium tangannya persis menyalami orang tua. Dia mengucup jemariku dan mengelus rambutku. 

"You know that we are meant to be friends. I won't ask more," dia bilang saat keluar dari perut kereta.

Aku angguk diam - diam.

Langkahnya yang lesu aku iringi dengan ketapan kuat di bawah bibir.

Malam itu, sama juga dengan malam - malam sebelumnya selepas kami berpisah. 



How Covid - 19 pandemic made me come back as Kebaya Sendat Sepatu Merah

  It's been a while. As for me to start writing again. I've been losing myself for the past few years. I missed blogging. Showing of...