2014-09-26
A path to be less virgin
Malam yang seriau manja. Aku gigih menuju ke kondominium tempatnya beradu. Angin memukul aku hingga kedinginan. Aku tidak betah duduk berdiam diri. Perutku menjadi memulas dan tekakku loya.
Aku lihat dia jalan berlenggang. Punggungnya memanggil - manggil aku. Bukan tujuan sebenar merenung punggungnya, cuma sekadar hiburan. Aku yakin aku sudah bersedia. Aku keluar dari kereta. Berlari menujunya. Dia pantas menoleh kebelakang dengan riak wajah kaget. Lekas - lekas aku menangkap tubuhnya dan menarik tangannya. Dia jadi bingung. Dia cuba menahan namun aku lekas - lekas meniup wajahnya dengan kata - kata mantera. Biar dia akur menurut.
Dia duduk diam di sebelah aku. Matanya memandang ke luar. Dia tahu jalan ini. Aku tahu dia separa rela kerana sepanjang perjalanan tidak sekali pun dia terjerit - jerit menyuruh aku berhenti. Aku tahu dia marah. Rasa tertipu. Namun aku gembira.
Matanya memandang aku serius. Dia tahu ini akan terjadi. Dia yakin dan dia membenarkan. Kerana hatiku dan hatinya sama - sama rindu. Kami tidak tidur langsung. Aku melihat setiap lekuk dan tanda di tubuhnya. Setiap kerutan di dahi, kulitnya yang mula kering di leher dan wajahnya yang sudah melebar. Dia mengusap bibirku dan membelai pipiku. Aku tahu kami tidak memerlukan kata - kata.
Dia memandu keretaku keesokkannya. Satu malam di dalam bilik serba putih di daerah terpencil tidak membuat kami menyatukan apa yang perlu. Cukup sekadar mengingati memori. Aku menyalami dia dan mencium tangannya persis menyalami orang tua. Dia mengucup jemariku dan mengelus rambutku.
"You know that we are meant to be friends. I won't ask more," dia bilang saat keluar dari perut kereta.
Aku angguk diam - diam.
Langkahnya yang lesu aku iringi dengan ketapan kuat di bawah bibir.
Malam itu, sama juga dengan malam - malam sebelumnya selepas kami berpisah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
How Covid - 19 pandemic made me come back as Kebaya Sendat Sepatu Merah
It's been a while. As for me to start writing again. I've been losing myself for the past few years. I missed blogging. Showing of...
-
' Relaku menunggumu seribu tahun lama lagi, tapi benarkah hidup aku kan selama ini.' When you're gone, I died a little bit ...
-
karma was just so sweet it hits me back in a mean way but you are much more meaner since you are so crazy with that fake Faezah Ilai ...
No comments:
Post a Comment